/1/
Ajai masih melanjutkan wiridan
setelah shalat Shubuh, sementara Wisnu mulai menggulung karpet musholla di
belakangnya. Ponsel Ajai berdering tiga kali, keluarga yang menyewa tenda dan
kursi untuk hajatan minggu lalu telah selesai acaranya dan waktnya
mengembalikan semua barang yang disewa.
“Nu, jam 7-an bawa Pick Up ya, ngambil tenda,”
“Ya, sip. Beresin ini dulu, Jai.”
Wisnu memutar pandangannya ke sekeliling musholla.
Hampir 2 jam kemudian mereka
berangkat mengambil tenda dan kursi sewaan. Menaikkan besi, memasukkan kain
tenda ke dalam box, jarum-jarum pentul, dan kursi ke muatan. Kemudian pulang.
Jam menunjukkan pukul 08.45, satu
dua orang datang sekedar untuk fotocopy atau nge-print. Wisnu santai-santai bermain
game mobile di ponselnya, duduk
menghadap kipas. Sedang puasa Nishfu Sya’ban
dengan kegiatan hanya seperti ini tidak memberatkan untuknya.
Pukul 09.20, masih bermain.
Ajai yang duduk di depan
komputernya, memutar kursi.
“Nu, beli biji Karawila buat ditanam
lagi ya nanti sore. Nambah aja sedikit-sedikit,”
“Males Jai, orang puasa juga,”
“Puasa ya puasa, nanam tanaman
dikit aja ga bikin mati lah,”
“Aku sahur tadi kurang makan sama
minum rasanya Jai, lemes ah,”
“Puasa ya untuk puasa Nu, ibadah.
Bukan puasa untuk makan, berbuka sesuka hati. Atau makan untuk puasa, sahur
dengan puas lalu merasa baru mampu berpuasa,”
“Iye, tadz.. Iye. Tapi kalau
kecapean aku buka aja duluan ntar, sunah juga,”
“Wisnu, kekuatan itu bukan dari
berapa banyak yang kamu makan. Ingat la
hawla wa laa quwwata illa billah, tidak ada daya upaya dan kekuatan
melainkan dari Allah. Makanan hanya perantara karena kita pakai fisik di dunia
ini, tapi kehendak dan kekuatan Allah yang ngasih. Kalo banyak makan lalu orang
jadi tambah kuat, itu orang yang badannya besar gemuk akan jadi orang paling
rajin bekerja dan paling sering berpuasa. Istighfar lah kau,”
“Astaghfirullahal ‘azhiiim.. Iya
Jai, iya. Maaf deh,”
Ajai memutar kursi, menghadap
komputernya lagi melanjutkan pesanan dokumen untuk di-print. Dirapikan,
di-stapler, kembali lagi ke dokumen lain. Begitu seterusnya.
/2/
Ajai dan Wisnu tiba di parkiran.
Buka puasa pertama Ramadhan mereka reuni teman satu kelas waktu SMA. Tidak
lengkap, karena ada yang tidak hadir dan yang lainnya sudah merantau dengan
nasib masing-masing.
Farid, yang pertama datang dan
memesan tempat menutup buku Tiefen, dir
Zugekehrt kumpulan puisi karya Rainer. Ingin memulai bertanya dan bercerita,
meskipun setiap tahun mereka mengadakan reuni. Tiga tahun di SMA tidak semua
anggota kelas akur, namun setelah lulus sepertinya hubungan semuanya lebih
baik.
Beberapa di antaranya baru
sarjana: Ajai, Wisnu, Farid, Ilham, Reza, Wanda, Mahfud dan Wulan. Yang lainnya
masih berkutat dengan skripsi, beberapa baru kuliah karena gap dan yang
lain lagi sudah bekerja sejak lulus SMA.
Kumpulan anak muda haha-hihi
dengan kenangan.
Cekrek. Upload ke instagram.
Story dengan caption copas dari gugel.
“Eh, follow dong yang belum, like
juga semua feed gua,” Wanda senyum-senyum.
“Ye iye, selebgram.” Reza
menimpali.
“Aamiin. Biar bisa endorse, dapat
duit,”
“Iya, aamiin,” Beberapa orang
berbarengan, yang lain cekikikan.
“Terus kuliah di LN.” Wanda
menambah lagi.
“Tambah keren,” kata Wulan sambil
memberi jempol.
Waktu terasa singkat, satu per
satu pesanan berdatangan. Mereka memilih tempat ini karena terdapat tawaran potongan
harga dengan menggunakan dompet online dari aplikasi tertentu. All You Can Eat, begitu nama tempatnya. Dengan
begitu makanan bisa dipesan lebih banyak atau porsi dobel, butuh sekitar tiga
meja memanjang untuk space mereka.
Buka puasa tiba, memulai
berdoa dan ada yang baru datang karena antri mencuci tangan.
Mahfud meneguk makanan kemudian
sambil bercerita, “Bikin warung pecel lele gini budidaya sendiri lumayan lho,
prospektif. Sambil nanam apa gitu pake hidroponik,”
“Emang gitu, Fud?” Ajai
penasaran.
“Iya, udah panen ikan, panen
sayur, modal minim terus lumayan aman soalnya semua orang kan butuh makan,”
“Kayak sales MLM sama calon konsumer
aja kalian berdua, bisnis terus,” Farid berceletuk.
“Namanya juga nyari rezeki,”
“Iya nih, haha. Ntar aja Fud
cerita lagi, habisin makan terus shalat dulu.” Kata Ajai.
“Iya, iya..”
Adzan pun selesai, semuanya mulai
berhenti makan dan bersiap wudhu.